Friday, 22 August 2014

I to I (Insomnia sampai ISIS)

01:19. Tak bisa tidur. Mungkin efek dari minum kopi Thailand itu. Entahlah.

Radio-radio kesayangan sudah statis. Suara TV membuat migrainku semakin parah. Pilihan terakhir, baca berita di internet.

Kubuka sebuah situs media Jerman yang menyampaikan keputusan mereka mengenai tidak akan ditayangkannya gambar-gambar ‘biadab’ hasil perbuatan ISIS.

Beberapa komentar muncul di bawah pemberitaan tersebut. Ada yang mendukung keputusan media itu atas beberapa alasan, pertama kasihan pada keluarga orang-orang yang menjadi korban pembantaian ISIS tersebut. Kedua, ada juga yang beralasan bahwa tidak semua orang ingin melihat atau setidaknya ‘mampu’ melihat kejadian yang mengerikan itu. Yang ketiga, alasannya adalah untuk tidak menyebarkan seberapa menakutkan ISIS tersebut.

Well, I agree with the first opinion.

Ada juga yang tidak setuju dengan keputusan media itu. But the decision has been made among the staff of that media anyway..

Ada seseorang yang menarik perhatianku. Dalam komentarnya, ia menuliskan bahwa Perancis adalah negara yang memiliki populasi muslim yang cukup banyak –yang mendukung ISIS.

Woho.. stop there.. Karena ini bahasa tulisan, this is so ambiguous I think. It may mean that all of Muslim in France are the supporters of ISIS, or many of the Muslim there support ISIS.

Jika yang dimaksud orang itu adalah yang pertama aku maksudkan, I think I need to clear the thing here.. I’m a Moslem, and I strongly oppose the presence of ISIS. Mereka hanya orang-orang yang .. let’s say.. lost yang mengatasnamakan diri Islam. Well, from what they have done all this time, I can tell that the Islamic thing they have in their ‘organization’ is ONLY ON THE NAME, no more. What they did, or what they are doing are so insanely evil.

Yang aku tahu, yang aku pelajari di sekolah agama, Nabi Muhammad selalu mengajarkan hal-hal yang baik meskipun beliau disakiti. Aku selalu ingat tentang betapa kuatnya kesabaran beliau saat beliau berkali-kali diludahi (ada juga yang bilang dilempari kotoran unta) saat lewat di sebuah rumah orang Yahudi. Apa beliau marah? Tidak. Apa beliau menggerutu di dalam hatinya? Tidak. Apa beliau langsung mengambil pedang dan menebas kepala orang itu? Jawabannya lagi-lagi tidak. Justru, ada twist di ujung cerita itu. Saat Nabi melewati rumah itu lagi, si orang Yahudi tersebut tidak nampak. Apa yang dilakukan Nabi saat itu? Beliau bertanya kepada tetangganya kemana orang Yahudi itu pergi. Si tetangga menjawab bahwa orang tersebut sedang sakit. Dan Nabi justru malah menengoknya.

Apa orang-orang ISIS pernah dengar juga kisah Nabi Muhammad tersebut? Bukankah Nabi Muhammad dilahirkan ke dunia sebagai contoh bagi seluruh umat? Tidak..tidak.. aku harus mengganti pertanyaannya menjadi, apa orang-orang ISIS itu mengakui Nabi Muhammad? Kalau tidak.. bukankah mengakui Nabi Muhammad sebagai utusan Allah adalah salah satu tanda bahwa kita Muslim? Jika tidak menurut ke pernyataan tersebut, apakah masih bisa disebut Islam?

Yah.. logikaku seperti itu. Wallohu a’lam bishshowab J

No comments:

Post a Comment