Thursday, 29 November 2012

Under Water


If you only look at my ocean from the clouds
If you only see my waves from the rainbow
If you only stare at the colour of the water from the sun
You won’t ever know how seaweed dance
You won’t ever know how fish breathe
You won’t ever know how beautiful the mermaid is

If you have no guts to swim
If you have no guts to dive
You won’t feel how I enjoy every little movement under the ocean

If you dare to tell that ocean is dangerous
I’ll dare to ask, “Are you a clairvoyant?”
You don’t even know that the water tastes salty, you Mr. Sky
So stop telling me your trashy-mouth!





p.s. it's dedicated to someone who has ruined my day successfully. Many thanks.

Thursday, 15 November 2012

Cowo Bule


"Eby, kata Ibu, Ibu mau sekolahin Eby S2 katanya.. biar Eby bisa jadi dosen," kata si teteh beberapa jam setelah kedatanganku di rumah siang ini.
Aku jawab dengan bersemangat cenderung ngarang, "Asik! Eby pengen kuliah di Skotlandia, ya!"
"Pulang-pulang bawa bule dong?" kata ibu bercanda. "Waktu nikahannya Teh Septi, Ibu ngebayangin.. kalo si Eby nikah sama bule gimana? MC nya harus yang bisa dua bahasa gitu kali ya? Ga bisa pake adat Sunda dong?" lanjutnya.
Aku cuma bisa ngakak dan jawab sekenanya, "Ya nggak lah Bu, ntar aku ajak pake adat Sunda aja, hahaha."

Oke, cukup untuk percakapan terkonyol abad ini. Masalah "eby-lebih-suka-cowo-bule" itu bukan masalah yang baru pertama kali dibahas. Dari SMA, rumah ini udah geger dengan gosip bahwa aku lebih prefer cowo bule daripada cowo Indonesia. Ini gara-gara aku suka banget bahasa Jerman-Inggris, sepakbola luar, dan lagu-lagu luar juga. Iya, dulu di kamar aku ada poster Cesc Fabregas, Miroslav Klose, plus Dani Pedrosa yang unyu-nya ga ketulungan (dan sekarang ditambah suka sama Colin Morgan, Liam Payne, Callum Hann sama Gregor Schlierenzauer hoho). Dari situ keluarga aku, terutama ibu dan sepupu aku seriusan percaya kalo aku bakal punya jodoh orang luar. Iya, itu gosipnya. Kenyataannya? Hahahaha, aku realistis aja.. kalo emang ada orang Indonesia yang aku sukai, kenapa aku harus maksa-maksain diri buat nyari cowo luar? Kalo emang Allah ngasih jodohnya orang sini, mau digimanain? :))


"Egas"

gregor

"peddie"

miro

colin
Liam

cal
Just Sayiiiiing :D 


Friday, 9 November 2012

The Last Tone

Minggu sore yang mendung. Tim Marching Band SMA Sayang Ibu sedang berderet rapih mengiringi arak-arakan parade kostum acara penutupan perkemahan ekskul Pramuka. Walaupun mendung, tim Marching Band ini tampak senang-senang saja. Ketua tim Marching Band, Desi tampak paling senang. Karena timnya dipercaya oleh ekskul lain untuk mengisi suatu acara. Rendi salah satu anggota Marching Band hari itu tidak bisa memegang alat musiknya, belira. Itu karena dia juga anggota Pramuka. Jadi dia harus mengurus ekskul Pramukanya.
"Ayo, kak Desi, kak Clara, kak Gifar, sama yang lainnya kumpul!" suruh Rendi sesaat sebelum parade dimulai.
"Mau foto?" kata Clara bersemangat begitu melihat kamera di genggaman Rendi.
Semua anggota tim berfoto dengan tawa dan senyum terkembang di wajah mereka. Tampak bahagia. Semuanya. Terkecuali Rendi. Tapi dia yang mengabadikan kebahagiaan itu.



***

Hari Rabu menggandeng hujan lebat bersamanya. Denting-denting nyaring yang ditimbulkan belira terdengar dari dalam ruang kesenian.
Rendi memukul-mukulkan stik berujung bola kuning itu ke atas badan belira.
"Lagu 'Kuburan', Ren?" tanya Clara yang muncul di ambang pintu dengan tawa kecilnya.
"Iya, Kak." jawab Rendi sambil tersenyum.
"Yang lain belum pada dateng?"
"Lagi solat dulu kayaknya atau kejebak hujan."
"Oh iya.. Hujannya gede banget."
Belira itu kembali mengeluarkan dentingan-dentingan nyaring. Clara mengambil satu tongkat belira dari sarung berwarna merah. Lalu, ia pun duduk di depan Rendi.
"Sini aku bantuin cari nadanya, ya?" Clara menawarkan diri.
"Boleh, boleh. Haha.."
Derap kaki seseorang terdengar di depan ruang kesenian. Rendi dan Clara menoleh saat Desi datang dengan seragam SMA yang basah kuyup. Kedua orang yang tadinya tengah asyik bermain belira sebelumnya, kini berhenti sejenak untuk menertawakan Desi.
"Ya ampun Des.. gak bawa payung?" tanya Clara di tengah tawanya.
"Aku kira gak bakal segede gini hujannya." keluh Desi. "Dingin!" katanya sambil mengusap-usap lengannya.
Desi mengambil triotomnya. Dan mulai pemanasan dengan memukulkan tongkat pada alat musik itu.
Rendi dan Clara melanjutkan permainan 'pencarian nada'-nya.
"Eh, eh, eh, coba kalian mulai dari awal nadanya. Aku iringin pake ini," terdengar bunyi triotom saat Desi berkata 'ini'.
"Oke, kita mulai, Kak!" kata Rendi pada Clara.
Dan mulailah perpaduan antara dentingan belira dan ketukan triotom. Mereka tertawa saat salah satu dari mereka salah memilih nada yang benar. Semua yang mereka rasakan dan lakukan tampak kontras dengan cuaca hari itu.

Masih di hari yang sama, kini dengan gerimis-gerimis lembut terjun dari langit. Latihan Marching Band hari itu sudah selesai.
"Kak," panggil Rendi pada Clara.
"Iya, Ren?"
Rendi mengangkat sebuah helmet. Helmet yang biasa dipakai Clara untuk nebeng motornya sehabis pulang latihan.
"Oh, aku gak nebeng sama kamu dulu, Ren. Aku mau ke rumah Desi ngambil buku bahasa Jerman aku. Gapapa kan?"
"Yah, aku sendirian dong di jalan?" kata Rendi, bergurau.
"Haha, apa sih? Biasanya juga sendiri. Udah sana. Hati-hati, ya? Nanti, kalo ujannya gede lagi, berhenti dulu."
Namun, hujan lebat kembali tumpah dari langit.


***


Rabu 21.45
From: Desi
Clara.. :(

Pesan itu diterima Clara saat ia sudah selesai mengerjakan PR Bahasa Jerman di rumahnya.

To: Desi
Kenapa Des?

From: Desi
Rendi katanya kecelakaan. Sekarang lagi koma di rumah sakit.

Clara segera menelpon Desi.
"Halo Des? Serius Rendi..."
"Serius Clara. Gifar yang ngeliat sendiri kejadiannya.  Dia ada di belakang motornya Rendi...Hujannya gede lagi waktu kecelakaan itu."
Desi menceritakan kronologis kecelakaan yang mengerikan yang didengarnya dari Gifar. Clara merinding. Matanya terasa panas.
"Ini semua salah aku, Des.. salah aku.. Aku harusnya pulang sama dia. Kalo aku pulang sama dia, aku bakalan nyuruh dia berhenti dulu waktu hujan gede itu. Dia itu begitu! Selalu aja maksain jalan walaupun hujan gede!"
Hening. Hanya isakan isakan yang terdengar dari kedua sambungan telepon.
"Tapi dia pake helm kan?" tanya Clara lirih.
"Iya. Tapi.. ah, Clara.. dia bakalan baik-baik aja kan? Ya, kan?"
Lalu mereka berdua pun terisak lagi dengan suara yang lebih keras.


***

Sabtu pagi yang mendung. Semua anak di sekolah berbisik, membicarakan hal-hal dengan wajah yang serius. Tidak ada teriakan-teriakan dari anak-anak cowok. Tidak ada tawa-tawa centil dari anak-anak perempuan. Semuanya murung.
Begitu Clara berjalan di koridor. Dia merasakan ketidakberesan di sekolahnya. Ya, Allah jangan! Jangan! teriak Clara dalam hatinya sambil berlari menahan tangis menuju kelasnya.
Saat pintu kelas dibuka, ia melihat raut murung dari teman-temannya. Terlebih lagi Desi. Mukanya merah dengan tisu di tangannya. Matanya kini tertuju pada Clara yang bengong di ambang pintu.
"Clara.." panggilnya dengan suara serak. "He couldn't make it.." dan kemudian tangisnya pecah.
Cuaca hari itu sangat sesuai dengan perasaan yang mereka alami.



***

p.s. This story is dedicated to my junior in Marching Band who passed away in 2009. Rest in peace, buddy.. May Allah swt bless you :')

Tuesday, 6 November 2012

Worst Impression

Siang ini, di kelas ABS, ibu angkat aku di kelas yaitu Nyueh, ngeliat aku ketawa-ketawa sendiri sambil baca hasil tes psikologis aku. Sambil bercanda, aku ngumpetin kertas hasil tes itu dari Retta dan Nyueh. Lalu, tiba-tiba Nyueh bilang sama Retta sambil matanya ngarah ke aku, "Dia itu terobsesi sama insanity-nya sendiri." 

134 Hours A Day

A girl 'boasted' about how much bad luck she had got in her life. Then, she mentioned an examination that she would face in the following week. "How could I do this?" said her with her miserable face, begging for some advices. "I'm very bad at it."
"Study!" answered a boy whose age was older than hers. 
Indeed! said the girl only on her mind. In fact, she kept silent, did not want to try to utter her unspoken mind. She let him to speak more instead.
"But, I suggest you: do not study in the night before the examination." added him with a little chuckle.
She replied with a feeble smile. I've already known that, too. But again, she did not verbalize what was on her mind. 
"Is everything clear now?" asked him.
"I 'm not sure.." 
The boy showed his furrowed brow.
"Other subjects demand to be paid attention to, too," continued her.
Now, it was the boy's turn to kept silent.
"I just wish that a day was not equal to twenty-four hours. 134 hours a day, I wish." said the girl, still.
The boy laughed. "How old are you?"
The girl had no idea why he asked that question.
"I mean, in what semester are you now?" he gave more stress on the phrase in what semester.
The girl thought that it was not necessary to answer that question, because she knew that he had known the answer already.
"Come on. You've grown up. You have to manage your time. You control the time you have. Don't let the time control you," advised him.
He's right. Thought her. But she did not want to admit it directly.
She then smile to him. A sincere smile.

Lange Nicht Gesehen! (Baca: Kangen!)

Malam tadi, aku begadang latihan soal-soal Statistics yang akan di-UTS-kan hari Kamis nanti sampai pukul 02.00. Ketika aku mengira aku sudah cukup latihan dan akan beranjak tidur, tanganku malah asyik mengoper-oper chanel TV. Dan sampailah aku di RCTI yang menayangkan film Goal II: Living The Dream. Aku hanya melihat bagian akhirnya saja. Bagian akhirnya itu bercerita tentang final Champions League antara Real Madrid versus Arsenal (yang membuat film itu menyebalkan: yang akhirnya menang itu.. Real Madrid). Awal laga, ceritanya Arsenal memasukkan 2 gol terlebih dulu. Tapi di menit-menit terakhir, Real Madrid berhasil mengungguli tim kesayanganku dengan skor 3-2. Di pertandingan final itu, diceritakan bahwa yang bermain untuk Arsenal ada 'King' Henry, Jens Lehmann, Frederik Ljungberg, dan.. Francesc Fabregas. Mereka semua itu sudah tidak ada lagi di Arsenal sekarang... Dan lebainya, menyadari ketidakberadaan mereka semua di Arsenal, seketika itu juga aku menangis. Cengeng yah? Biar saja. Aku kangen Arsenal yang dulu. Aku kangen Thierry Henry (yang amat mencintai Arsenal), Matthieu Flamini, Phillipe Senderos, Alexandr Hleb (yang dulu ganteng), Jens Lehmann (walaupun tempramen, tapi permainnanya bagus), Robin Van Persie (ahh, ini nih yang masih belum bisa diikhlaskan..), dan mantan kekasihku Cesc Fabregas (yang menangis saat meninggalkan Emirates Stadium dan masih suka nonton pertandingan mantan klubnya).. ahh aku kangen sekali :'(( Bisakah Arsenal seperti dulu?? Sekuat dulu? Unbeaten for 49 times?



Monday, 5 November 2012

♫ German Songs ♫



You probably would say, "Nah kaaaaan, keluar lagi deh Jerman-Jermanannya!" 
Haha. Yeah I will share (or recommend?) to you several German songs that I like. Let's pay attention to the following list, shall we? I won't give any detail to each point. Probably next time I will add the details. :)

  1. Andreas Bourani - Wunder
  2. Andreas Bourani - Nur in meinem Kopf
  3. Andreas Bourani - Eisberg
  4. Clueso - Barfuss
  5. Clueso - Keinen Zentimeter
  6. Clueso - Mitnehm
  7. Kate und Ben - Ich lieb dich immer noch so sehr
  8. Luxulärm - Vergessen zu Vergessen
  9. Philipp Poisel -  Liebe meines Lebens
  10. Philipp Poisel - Mit jedem deiner Fehler
  11. Philipp Poisel - Wie soll ein Mensch das Ertragen
  12. Philipp Poisel - Für keine Kohle dieser Welt
  13. Silbermond - Das Beste
  14. Sportfreunde Stiller - 54', 74', 90', 2010 (this is most recommended for German football lovers!)
  15. Sportfreunde Stiller - Eine Liebe, die nie endet
  16. Tim Bendzko - Nur noch kurz die Welt retten
  17. Tim Bendzko - Wenn Worte meine Sprache wären
  18. Tim Bendzko - Ich laufe
  19. Tim Bendzko - Sag einfach ja
  20. Children Song --> Mein Hut (the tones and the lyrics are almost similar with "Topi Saya Bundar" ahaha :p)
Hope you like them as well, ya!
 Happy listening :)




Sunday, 4 November 2012

The Concoction for The Injured Heart

"Strawberry with Chocolate Sauce" made by an amateur cook: Debs. Yum! :9


Alone but not lonely.
Single but not miserable.
That's what you should be
when nobody wants to be your sweetheart.

In scrabble, you don't show your worried face
when you put the unsure words on the board.
That's what you should do 
when facing people questioning you: who's your lover?

Be strong. Or strengthen other people.
If you can't do anything to mend your desperate face,
just be honest to let your tears stream down.
But do set a timer.
That's what you should do
when a sharp sword cuts through your heart.

Remember when your height was short.
You played. You run. You fell.
You hurt. You cried. But then you stopped.
You got up. You played again. You run again.
That's what you should do
When you're trapped in a black hole.

Saturday, 3 November 2012

The Birthday Boy

I'm neither your friend nor your enemy.
I'm neither your lover nor your hater.
I'm neither your sister nor your stranger.

But..
I just know you.
And you often see me.

Thus, I think..
I need to tell you happy birthday.
Happy birthday!
I need to warn you.
You've been 20 now!
I need to wish you some good things.
I hope you have a better life.

And I wonder..
What would you respond?
Thank you.
or
Who are you?



*p.s. Er hat heute Geburtstag. Alles Gute!*

pic is taken from shoppersgallery.in

Friday, 2 November 2012

KEEP MARCHING ON!!


"Bersamamu ku habiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu

Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan

Tak akan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi"

Sahabat Kecil - Ipang




*panggil Jeng Yess, Sani, Fiqri, Nuy, Opie, Bengbeng, Dear, Resty, Asna, Riris, Mia.. :))*