Hari Selasa yang mendung. Angin bertiup dengan kecepatan yang tidak rendah. Tepat jam 1.30 siang, aku menunggu di pintu kelas yang berada di lantai lima untuk Speaking-Test, tes terakhir dari tiga rangkaian Entry Test. Tak ada tempat duduk, aku pun menempelkan pantatku di lantai keramik coklat dan krem yang dingin. Sebelum tes, seperti biasa aku menghilangkan rasa deg-degan dengan obrolan konyol bersama teman-temanku.
Jam 2.15, aku pun masuk ke ruang kelas dengan temanku, Doni. Tester hari itu adalah Pak Handi, dosen pembimbingku.
“Topik yang kemarin kamu bahas tentang apa?” Tanya Pak Handi.
“Job, Pak,” jawabku.
“Kamu?” Tanya Pak Handi seraya menelengkan pandangannya kea rah Doni.
“Tentang Money, Pak,”
“Okay, berarti sekarang kalian akan membahas tentang family..” Pak Handy membuka kertas yang berjudul ‘Students’ Book’. Jarinya menunjuk gambar sebuah rumah.
“Debi.. What is your mother?”
“Emm, my mother is a teacher..”
“Where does she work?”
“In elementary school, Sir,”
“Ok, you, Doni. What is your mother?”
“It’s the same with Debi. My mother is a teacher too,”
Tiba-tiba, Pak Handy mengangkat tangannya ke udara. Telapak tangannya menghadap wajah kami berdua.
“Wait a minute please..”katanya. Dia mendekatkan ponsel ke telinganya.
Aku cekikikan. Ku palingkan wajahku ke samping kanan di mana Doni duduk.
“Don, jangan-jangan kita satu ibu?” celotehku pelan.
Doni geleng-geleng kepala. Wajahnya menyiratkan keinginan untuk tertawa namun ia menahannya sekuat tenaga.
Sepertinya obrolan di ponsel telah berakhir. Pak Handi meletakkan ponsel di samping map berwarna hijau di hadapannya.
“Back to Debi.. Do you want to be a teacher, like your mother?”
Hening sesaat. Lagi-lagi pertanyaan ini. Aku menggerutu di dalam hati.
“No, Sir. Actually, I want to be a journalist. But, since I have taken English Education, I have to prepare myself to be a teacher..”
Kemudian Pak Handi bertanya hal yang sama pada Doni. Tapi aku tidak terlalu memerhatikan kata-kata yang ke luar dari mulut Doni. Aku berkutat dengan pikiranku sendiri. Membayangkan apa yang aku katakan sebelumnya.
Aku kembali dari lamunanku saat Pak Handi bicara.
“Sebenarnya, kalau Anda sudah lulus dari sini, Anda tidak harus selalu menjadi guru. Prodi sastra pun, bila ingin menjadi guru tinggal mengikuti training selama setahun, kan? So, if you want to be a journalist, just go on.. Anda boleh bercita-cita menjadi apa saja yang Anda mau..Tidak ada yang menghalangi Anda,”
Jrett!! Seolah jantungku disengat listrik yang menyegarkan pikiranku. Mengeluarkan aku dari semua penyesalan yang selama ini telah membuatku sedih dengan suksesnya!
Hari yang mendung kala itu tak berarti banyak buatku. Tak sedikit pun perasaanku terpengaruh olehnya. Saat keluar dari ruangan, meskipun tes ku tidak bisa dibilang sangat bagus, aku ingin tersenyum. Seolah-olah aku menjadi artis di video klip Anggun dengan lagunya Shine. Aku akan meraih semua impianku. Aku tidak akan menyerah. Tidak ada yang bisa menghalangiku.
#Thanks to
- Allah Swt.
- My motivating lecturer, Mr. M. Handi Gunawan, S.Pd, M.Pd
- My friend, Doni after making me confused in a role play!
No comments:
Post a Comment