Monday, 13 January 2014

It’s All About Me and EWC

"And I could spend forever in your eyes,
I
could spend forever here tonight,
and even if you never care for me,
I will cherish every memory,
I spend with you.

Bittersweet – Spencer Schimdt

Ga kerasa udah tahun 2014. Dian dila dimas udah pada mau ‘turun tahta’ lagi. Hihihi. Keingetan pas Dian ngesms kalo dia udah demisioner. Jadinya pengen cerita soal aku dan EWC. Kalo cuma disimpen di otak aja, takut ilang memorinya. Jadi aku mau tulis disini biar gampang ngingetnya lagi. Hihi..
...

Agustus 2010

“Hobi kamu apa?” kata Kang Ijey, senior ku dulu saat mulai ‘diculik’ begitu selesai registrasi.

“Nulis.” Jawabku cepat. Karena memang hal itulah yang aku senangi dan rajin dilakukan pada saat itu.

“Nah, di kita di ESA itu ada divisi yang namanya English Writing Community. Kamu bisa ikutan itu kalo kamu hobi nulis.”

Sayangnya sampai di penghujung tahun 2010, aku tidak pernah sekalipun ikut pertemuan EWC. Padahal aku senang sekali ada divisi seperti itu di ESA. Aku tidak pernah mendengar atau melihat ‘iklan’ EWC. Entah karena aku sok sibuk, atau karena memang promosinya yang kurang.

Awal tahun 2011.

aku melihat di papan pengumuman di jurusan kalau ESA sedang membuka semacam open recruitment untuk menjadi pengurus himpunan. Aku mengambil selembar formulir dan mengisinya. Ada tiga pilihan yang diberikan. Tapi aku hanya mengisi satu saja, aku meng’apply’ untuk EWC saja. Aku tidak mau divisi selain EWC. Lebih baik aku tidak ikut himpunan sama sekali. Karena pada dasarnya aku dari dulu memang tidak suka organisasi (aku sudah didoktrin oleh kakakku haha). Singkat cerita aku mengirimkan formulir itu. Beberapa hari kemudian, aku disms teh Borin yang ternyata merupakan Ketua Divisi EWC tahun 2011. Aku diundang untuk datang pada wawancara. Ternyata pada D-day nya aku harus ikut seminar dan tidak bisa ikut wawancara. Aku pun menyerah saja pada EWC sampai teh Borin mengsmsku kalau beliau akan mengadakan wawancara denganku di hari lain.

Jawabanku dalam wawancara itu sangat standar dan tidak meyakinkan. Apa yang harus aku katakan? Memang begitu adanya. Niatku hanya untuk belajar menulis. Tidak ada niatan untuk berorganisasi. Namun ternyata, aku masuk jadi anggota EWC tahun 2011.

Dari tahun inilah perjalananku dengan EWC berlangsung. Aku mulai mengobservasi keadaan EWC yang kalau boleh aku katakan tidak punya ‘ancestors’. Hehe.. Yang aku lihat saat itu, teh Borin seperti berjuang sendirian. Aku tidak tahu sih.. yang kulihat dulu, teh Borin seperti had nobody to ask..except her colleagues in the association. Teh Borin juga dengan jujur mengungkapkan masalah-masalah yang ditemui EWC. Rasanya aku tidak membantu banyak tahun itu.. I was just an ordinary observant sitting on the corner. Tapi teh Borin dan anggota EWC yang lain selalu baik terhadapku seperti teh Siti, teh Putdar, Novi, Risty, dan Aul. Teh Borin selalu berdemokrasi dalam hal apapun. Aku tidak tahu bagaimana divisi lain berjalan, tapi di dalam divisi EWC, teh Borin selalu bilang bahwa kami anggota EWC adalah anak-anaknya. Haha.. aku ingat teh Borin sebelum mulai rapat selalu bilang,”Anak-anakku..”

Tahun 2011 berakhir. Aku pikir aku ingin berhenti saja dari himpunan, mengingat kinerjaku di tahun 2011 tidak bagus. Aku tidak berkontribusi banyak. Dan menjadi pengurus divisi EWC dengan segala permasalahannya itu tidak mudah.

Akhir Januari 2012.

Meski aku sudah mendeklarasikan bahwa aku tidak mau jadi pengurus ESA lagi, tetap saja aku diwawancara untuk pemilihan kadiv EWC 2012. Aku sudah bersiap-siap kalau aku ditanya “Mau ga jadi kadiv EWC?” aku bakal bilang dengan mantap “Ngga.”

Namun, pertanyaannya tidak seperti itu.. pertanyaan yang dilontarkan kadep 2012 terpilih adalah seperti ini: “Kalau kamu terpilih jadi Kadiv bakalan ikhlas ga?” aku berpikir seperti ... what is that supposed to mean? ‘terpilih’? does it mean that it is the condition where I’ve been chosen dengan tidak mempertimbangkan apakan aku sebelumnya sudah menolak atau tidak? Atau bagaimana? Apakah kalau begitu aku hanya harus menjawab ikhlas atau tidak setelah terpilih?

Akhirnya, aku berpikir seperti ini: kalau sudah terpilih ya harus ikhlas.. nanti kasihan kan EWC nya kalau dipimpin sama orang yang tidak ikhlas. Jadi aku katakan, “Ya ikhlas sih, kalo dibantuin.”

Dan... bam! Aku yang terpilih.

Aku tidak mau menderita sendirian. Misery loves company. Jadi aku mengajak, memohon, dan memaksa Novie dan Aul untuk jadi anggota EWC lagi. Hehe..

Sekian dulu kisah aku dan EWCnya yaaa.. see you next time :)

  

4 comments:

  1. Wkwkwkwkwkkwkwkwk ngakak dan sedih lah baca ini. Noh aku juga terpaksa noh jadi kadiv noh. Hahahahaha. Jadi sedih aku mah gak pernah manggil "anak-anak" ke staf aku. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah terpaksa juga kan udah beres :p

      aku juga ga pernah bilang "anak-anak".. tapi aku ga sedih hahahaha :D

      Delete
  2. Kalo waktu bisa diulang, aku bakal nolak da asli jadi kadiv. Liat tetehe aku jadi kuyus begini :((

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukannua dari lahir udah kurus begitu ya?

      Delete