"And I could spend forever in
your eyes,
I could spend forever here tonight,
and even if you never care for me,
I will cherish every memory,
I spend with you.”
I could spend forever here tonight,
and even if you never care for me,
I will cherish every memory,
I spend with you.”
Bittersweet – Spencer Schimdt
Ga kerasa udah tahun 2014. Dian dila dimas udah pada mau ‘turun
tahta’ lagi. Hihihi. Keingetan pas Dian ngesms kalo dia udah demisioner.
Jadinya pengen cerita soal aku dan EWC. Kalo cuma disimpen di otak aja, takut
ilang memorinya. Jadi aku mau tulis disini biar gampang ngingetnya lagi. Hihi..
...
Agustus 2010
“Hobi kamu apa?” kata Kang Ijey, senior ku dulu saat
mulai ‘diculik’ begitu selesai registrasi.
“Nulis.” Jawabku cepat. Karena memang hal itulah yang aku
senangi dan rajin dilakukan pada saat itu.
“Nah, di kita di ESA itu ada divisi yang namanya English
Writing Community. Kamu bisa ikutan itu kalo kamu hobi nulis.”
Sayangnya sampai di penghujung tahun 2010, aku tidak
pernah sekalipun ikut pertemuan EWC. Padahal aku senang sekali ada divisi
seperti itu di ESA. Aku tidak pernah mendengar atau melihat ‘iklan’ EWC. Entah
karena aku sok sibuk, atau karena memang promosinya yang kurang.
Awal tahun 2011.
aku melihat di papan pengumuman di jurusan kalau ESA
sedang membuka semacam open recruitment untuk menjadi pengurus himpunan. Aku
mengambil selembar formulir dan mengisinya. Ada tiga pilihan yang diberikan.
Tapi aku hanya mengisi satu saja, aku meng’apply’ untuk EWC saja. Aku tidak mau
divisi selain EWC. Lebih baik aku tidak ikut himpunan sama sekali. Karena pada
dasarnya aku dari dulu memang tidak suka organisasi (aku sudah didoktrin oleh
kakakku haha). Singkat cerita aku mengirimkan formulir itu. Beberapa hari
kemudian, aku disms teh Borin yang ternyata merupakan Ketua Divisi EWC tahun 2011.
Aku diundang untuk datang pada wawancara. Ternyata pada D-day nya aku harus
ikut seminar dan tidak bisa ikut wawancara. Aku pun menyerah saja pada EWC
sampai teh Borin mengsmsku kalau beliau akan mengadakan wawancara denganku di
hari lain.
Jawabanku dalam wawancara itu sangat standar dan tidak
meyakinkan. Apa yang harus aku katakan? Memang begitu adanya. Niatku hanya
untuk belajar menulis. Tidak ada niatan untuk berorganisasi. Namun ternyata,
aku masuk jadi anggota EWC tahun 2011.
Dari tahun inilah perjalananku dengan EWC berlangsung.
Aku mulai mengobservasi keadaan EWC yang kalau boleh aku katakan tidak punya ‘ancestors’.
Hehe.. Yang aku lihat saat itu, teh Borin seperti berjuang sendirian. Aku tidak
tahu sih.. yang kulihat dulu, teh Borin seperti had nobody to ask..except her
colleagues in the association. Teh Borin juga dengan jujur mengungkapkan
masalah-masalah yang ditemui EWC. Rasanya aku tidak membantu banyak tahun itu..
I was just an ordinary observant sitting
on the corner. Tapi teh Borin dan anggota EWC yang lain selalu baik
terhadapku seperti teh Siti, teh Putdar, Novi, Risty, dan Aul. Teh Borin selalu
berdemokrasi dalam hal apapun. Aku tidak tahu bagaimana divisi lain berjalan,
tapi di dalam divisi EWC, teh Borin selalu bilang bahwa kami anggota EWC adalah
anak-anaknya. Haha.. aku ingat teh Borin sebelum mulai rapat selalu bilang,”Anak-anakku..”
Tahun 2011 berakhir. Aku pikir aku ingin berhenti saja
dari himpunan, mengingat kinerjaku di tahun 2011 tidak bagus. Aku tidak berkontribusi
banyak. Dan menjadi pengurus divisi EWC dengan segala permasalahannya itu tidak
mudah.
Akhir Januari 2012.
Meski aku sudah mendeklarasikan bahwa aku tidak mau jadi
pengurus ESA lagi, tetap saja aku diwawancara untuk pemilihan kadiv EWC 2012.
Aku sudah bersiap-siap kalau aku ditanya “Mau ga jadi kadiv EWC?” aku bakal
bilang dengan mantap “Ngga.”
Namun, pertanyaannya tidak seperti itu.. pertanyaan yang
dilontarkan kadep 2012 terpilih adalah seperti ini: “Kalau kamu terpilih jadi Kadiv
bakalan ikhlas ga?” aku berpikir seperti ... what is that supposed to mean? ‘terpilih’? does it mean that it is
the condition where I’ve been chosen dengan tidak mempertimbangkan apakan aku
sebelumnya sudah menolak atau tidak? Atau bagaimana? Apakah kalau begitu aku
hanya harus menjawab ikhlas atau tidak setelah terpilih?
Akhirnya, aku berpikir seperti ini: kalau sudah terpilih
ya harus ikhlas.. nanti kasihan kan EWC nya kalau dipimpin sama orang yang tidak
ikhlas. Jadi aku katakan, “Ya ikhlas sih, kalo dibantuin.”
Dan... bam! Aku yang terpilih.
Aku tidak mau menderita sendirian. Misery loves company. Jadi aku mengajak, memohon, dan memaksa Novie
dan Aul untuk jadi anggota EWC lagi. Hehe..
Sekian dulu kisah aku dan EWCnya yaaa.. see you next time :)
Wkwkwkwkwkkwkwkwk ngakak dan sedih lah baca ini. Noh aku juga terpaksa noh jadi kadiv noh. Hahahahaha. Jadi sedih aku mah gak pernah manggil "anak-anak" ke staf aku. :(
ReplyDeleteah terpaksa juga kan udah beres :p
Deleteaku juga ga pernah bilang "anak-anak".. tapi aku ga sedih hahahaha :D
Kalo waktu bisa diulang, aku bakal nolak da asli jadi kadiv. Liat tetehe aku jadi kuyus begini :((
ReplyDeletebukannua dari lahir udah kurus begitu ya?
Delete