Wednesday, 15 May 2013

Debi and The Cheekbone


Setahun ke belakang, aku belum lagi sakit yang parah yang sampai bisa menjauhkan aku dari tugas-tugas ‘kesayanganku’. Tapi, hari Kamis lalu, rekor setahun itu berhenti. Aku didiagnosa terkena radang tenggorokan. Penyakit lama bersemi kembali, sodara-sodara! Padahal, setahun ini kalau aku sudah merasakan gejala-gejala awal radang tenggorokan, aku selalu sigap memayungi diri dengan pil-pil kuning yang mengatasnamakan diri vitamin C. Tapi, minggu lalu, aku gagal. Aku terkena radang dan vitamin c itu tidak cukup membantu. Sampai hari Selasa, sakitku tidak kunjung membaik. Suaraku sengau terus menerus, tidak ada perubahan.. Sudah beberapa teman sekelas yang aware dengan suara anehku ini.

Kata mereka...

Sharin: Budebs, lagi flu ya? Suaranya seksi gitu ih..

Meydi: Suaranya so so an pilek gitu ih

Icha: Budebs, suaranya masih kaya kodok..

Ajeng: Debs, suaranya seksi ih, buat aku aja coba!

Seksi sih seksi, Cuma sakitnya ini nih.. Sakitnya malah menyebar sampai ke tulang pipi. Rasanya nyut-nyutan sepeti habis ditinju! Jadi, tadi siang aku memutuskan untuk pergi ke poliklinik di kampus. Dan hasilnya... tadaaaaa aku kena infeksi tenggorokan.. wah wah wah sepertinya si radang tenggorokan sudah naik ke jenjang yang lebih tinggi -____- dan obatnya semakin besar, dan banyak. Oh, kayanya I need a painkiller!! Sakit banget ini pipinyaaaaaaaaa!!!

Kata Ibu dokter, sakit di tulang pipi ini gara-gara ingusnya ga keluar. Iya sih, suaranya aja yang kaya orang pilek, tapi ga pernah ngeluarin ingus kaya orang pilek biasanya.

Tapi, yasudahlah.. semoga dengan obat-obat ini aku bisa cepat sembuh dan kembali bercumbu dengan tugas-tugas :* Aamiin. 

Oiyah, moral value of this story is that..... kamu harus bersyukur kalau kamu pilek terus ingus kamu keluar. Karena nantinya ingusnya habis dan ga akan nyakitin tulang pipi kamu! :)

Saturday, 4 May 2013

Cinque Giorni



Suatu malam dua minggu yang lalu, saat Esther, laptop jadul kesayanganku, sedang menyala, adikku datang menghampirinya dan menggangguku.

“Mau maen game!” katanya.

Aku selalu tidak rela meminjamkan Esther padanya kalau digunakan untuk hal-hal seperti bermain game. Akhirnya, aku alihkan perhatiannya dengan video nursery rhyme yang aku download beberapa waktu lalu. “Mau nyanyi Kalau Kau Suka Hati yang bahasa Inggris ga?” tawarku.

“Mau, eh ada yang gambarnya monyet yang loncat-loncat ga?”

Duh, lagu apa itu yang ada monyet loncat-loncat?

Aku mengklik Entertainment (E:). Di bagian bawah ada 14 video yang semuanya bernama sama Video Playback. Yang membedakan hanya angka yang mengikuti frase itu. Dengan asal aku mengklik video playback 5. Lalu muncullah gambar babi, monyet dan bebek bernyanyi Clap Your Hands.

“Nah! Iya, yang ini!” sahut adikku.

Bosan dengan video itu, aku menawarkan lagu yang sudah ia tahu sebelumnya, “Ada lagu Twinkle Twinkle juga loh.”

Dia bersemangat. Dengan, lagi-lagi, asal aku mengklik video playback 7. Dan yang keluar adalah tulisan..

Cinque Giorni – Michelle Zarillo

Eh, ini kan video karoke aku, hihihi. Tawaku dalam hati.

Cinque?” kata adiku dengan pronunciation bahasa Itali dengan benar. Dia bilang /cin-ké/ bukan /cin-ku-e/. Mendengar itu, aku terkejut. Pasalnya, aku merasa tidak pernah mengenalkan bahasa Itali padanya. Bahasa Inggris, mungkin tidak dariku pun, ia sudah dapat di sekolahnya. Bahasa Jerman? Yah, aku sudah pernah menyanyi Mein Hut dengannya. Tapi, bahasa Itali?

“Kenapa?” tanyaku padanya.

Cinque kan artinya lima, ya?” Aku semakin kaget dibuatnya.

“Iya, kok bisa tahu? Belajar sama Teh Ita, ya?” tanyaku menyelidik.

“Iya.” Oh, dugaanku benar ternyata.

Iseng, aku mengujinya. “Kalo satu, bahasa Italinya apa?”

Uno.”

Keterkejutanku belum selesai. Aku pun bertanya nama-nama angka dalam bahasa Itali dari satu sampai sepuluh. Dan dia bisa!

Uno, due, tre, quattro, cinque, sei, sette, otto, nove, dieci.”

Iya, memang baru sampai sepuluh. Tapi, bagiku itu merupakan pencapaian besar adikku, yah.. mengingat gaya belajarnya yang.. butuh banyak ‘movement’.. Menghafal sebanyak itu sudah menjadi tanda yang baik! Dengan cara pengucapan yang tepat pula!

Wahaha, semoga dia bisa terus belajar bahasa Itali sampai fasih. Jangan seperti aku yang hanya belajar bahasa Jerman setengah-setengah, dan belajar bahasa Inggris setengah.. hati. :’(