Monday, 18 May 2015

Teman (Cerpen Edisi Ulang Tahun Meydina Isnaindiah Faharany)

“Debiii, kenapa aku kayak gini terus?” keluh Meydi sehabis melihat skor akhir mata kuliah Second Language Acquisition yang terpampang di kaca ruang dosen.

Hari itu, Ibu Della menjadi dosen pertama yang memberitahukan nilai semester ini. Dan Meydi mengeluhkan ‘pemberian’ nilai darinya. Hanya tinggal menambah 0,3 lagi, maka Meydi akan mendapat nilai B. Hampir sama halnya dengan nilaiku, 84, yang artinya aku hanya tertinggal satu poin lagi menuju alfabet kebahagiaan: A.

“Aku juga Meh, satu angka lagi, bisa jadi A.”

“Ya tapi kan nilai elu B juga.” Dia merengut.

“Lu jeleknya dimananya?”

“UTS.”

Sejujurnya aku tidak tahu harus bilang apa padanya. Toh aku juga kecewa pada diriku sendiri. Melihat orang lain bisa mendapat nilai 86, 90.. kenapa aku mesti kurang satu angka saja? Aku juga merasa jengkel, kesal. Kekhawatiran akan nilai dari mata kuliah yang lain pun membayangiku. Hanya saja, perbedaan aku dan Meydi hari itu adalah aku tidak mengutarakan apa yang aku rasakan. Aku ini boleh dikatakan pengeluh yang minta ampun. Tapi, kalau ada Meydi, aku jadi juara dua dibelakangnya.
“IPK aku Cuma *,**.” Keluhnya lagi.
Di dalam hati aku berbicara panjang lebar. Tuh kan? Apa aku bilang di awal semester? Jangan kebanyakan main. Utamain dulu kuliah. Kalo enggak, lu bakal nyesel di akhir. Liat kan sekarang? Lu beneran nyesel di akhir. Tapi aku tidak mengungkapkannya lewat mulutku. Aku lebih memilih untuk diam saja, mendengarkan semua keluhannya yang menggunung. Karena, jika aku berada di posisi dia, aku pasti tidak mau mendengarkan kata-kata semacam itu, kata-kata yang menyalahkan seperti itu. Dan memang teman itu tidak boleh begitu, menurutku.

***

for Meydi, maybe I’m not a good friend for you (for anyone, maybe). I’m not the one who is the first to say happy birthday on your most delightful day. I’m not the one who is always there when you’re in need. I’m not the one who can even give little suggestions for your problems. I’m not the one who is ‘cool’ enough to hang out with. I’m not the one who will say sorry for the mistake I’ve done to you. I have so many different interests with you, so I cannot always understand many topics you’re talking and it seems making you frustrated, lol.

But I know, you’re a good friend to me, who is the first to find out how stubborn I am, how introverted I am, how devilish my laughter is when it comes to see other people’s sorrow. You should be proud of it, myahahahaha. And when I have some problems, I know a few people whom I should run into. And you’re one of them.  

Sorry for being the worst friend for you in these five years. And sorry for being not able to say these things directly to you. You know I’m not that kind of person.

Cepet beresin kuliahnya! Plis banget fight your laziness! Cepet kerja dan buka toko sepatu Meydi’s Collections :P and always be a good friend to anyone~


HAPPY BIRTHDAY YANG KE-73!!! 

  

Friday, 8 May 2015

Kerja Bebas Darah Tinggi?

Hari itu, aku diminta menggantikan mengajar salah satu guru yang berhalangan hadir. Hari itu adalah hari Jumat, yang tidak lain adalah gerbang menuju akhir pekan nan ceria. Tapi, tak seperti kebanyakan orang yang bergembira menyambutnya, aku justru menekuk wajah sampai mungkin tidak sadar kalau bibir ini sudah monyong saking kesalnya dengan mobil yang hanya bisa jalan satu meter per menit (lebay, ya? Tapi rasanya memang seperti itu..). Sekali-sekali aku melirik jam tangan, duh, bisa-bisa telat! Gelisah, deg-degan, kesal, semuanya bercampur jadi satu. Wah, kalau begini terus, tekanan darah akan melesat tinggi!


Yah, begitulah sepenggal kisah tak menyenangkan yang aku alami menjadi ‘pekerja’ di luar rumah. Mungkin banyak hal tak menyenangkan lain yang orang alami saat menjadi pekerja luar rumah. Namun, aku rasa, kemacetan adalah hal yang paling menjengkelkan! Entahlah, mungkin karena aku tidak suka terlambat, atau malas ditegur oleh atasan bila terlambat. Kemacetan ‘kan bukan gara-gara aku! Terkadang aku ingin mengatakan itu dengan egoisnya, hehehe.. tapi tidak boleh.


Tapi, bagaimanapun aku mengutuk kemacetan, itu tak akan mengubah keadaan. Aku akan tetap terkena macetnya jalanan kota Bandung. Dulu sempat terpikirkan untuk membeli sepeda motor, tapi.. aku punya sedikit ‘kenangan’ buruk di masa lalu yang membuat aku tidak bisa mengendarai motor. Jalan terakhir: berangkat lebih awal. Tapi (lagi), ini jadi memakan lebih waktu luangku, hingga kadang-kadang tidak sempat makan karena harus segera berangkat.


Saat melihat timeline @Stiletto_Book, terlihat sebuah foto buku baru berjudul “Sukses Bekerja dari Rumah”. Dari saat itu aku mulai berandai-andai.. andai aku bisa sukses dengan hanya bekerja dari rumah. Kemudian, setelah berpikir panjang mengenai apa yang bisa aku lakukan untuk menghasilkan uang dari rumah, tapi tetap didukung passion-ku(ngomong-ngomong passion-ku ada di pengajaran, bahasa, membaca, dan menulis). Di tengah ruangan aku menatap sekeliling. Novel-novel lama menggunung tidak keru-keruan. Saat itu lah aku mendapat ide untuk menjual novel bekas secara online. Aku sekarang sudah memulainya (walaupun masih mengajar juga), dan selanjutnya berkeinginan untuk menjual novel terbaru juga. Tapi, sayangnya aku tidak tahu harus bagaimana lagi caranya mengembangkan bisnis kecil-kecilan ini. Sepertinya aku harus beli buku itu, mudah-mudahan di dalamnya ada cara untuk menjalankan bisnis ini dengan baik sampai aku tidak perlu bergulat lagi dengan kemacetan dan bisa benar-benar sukses dari rumah! ^^




Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis “Asyiknya Bekerja dari Rumah” http://stilettobook.blogspot.com/2015/04/lomba-menulis-asyiknya-bekerja-dari.html.