Jurusan yang aku tempuh saat ini adalah Pendidikan Bahasa Inggris. Orang yang mendengar ini pasti langsung bilang, “Wah, nanti jadi guru dong?” Harapannya sih seperti itu. Tapi, aku bisa jadi apa aja yang aku mau. Jadi penerjemah, misalnya. Iya, I love translating. Ngutip perkataan Nyueh padaku, “I can’t take translation job. But your passion is there.” Dia mungkin benar. I’m very happy doing it. See, happiness itu ga bisa diukur dengan banyaknya uang yang kita terima. As long as we’re happy on it, no matter how much money we can get, we’ll always be happy. Aku mungkin belum ahli dalam hal terjemah menerjemahkan. Aku juga ga ngambil konsentrasi translating. Tapi, aku selalu pegang kata-kata dosenku, “You can start translating from now on. Practice, practice, and practice. Don’t worry. There is no exact translation.” Dan dosenku yang satu lagi bilang, “After you’ve graduated, you can be whatever you want.” Dengan kata lain, no one can force me to be a teacher. Bahkan, ibu aku juga udah pasrah saat aku menyatakan, “Bu, Eby ga mau jadi guru, ya?” Ibu hanya bisa merespon, “Terserah lah. Eby yang ngejalaninnya kan. Lagipula, Allah itu akan selalu mencukupkan rezeki Eby, gimanapun caranya.”
Tapi, bagaimanapun aku tidak menutup kemungkinan kalau aku nanti harus jadi pengajar. Sebenarnya, saat ini I’m trying to love teaching. Teaching kids, especially. Aku pernah bilang sama Retta, aku mau ngelamar kerja buat jadi pengajar, siapa tahu aku jadi suka ngajar. Aku ga boleh benci sama pekerjaan yang mulia yang satu ini juga. Hanya saja I still love translating more than I love teaching. :)