Sunday, 29 September 2013

Duniamu, duniamu. Duniaku, duniaku.

Ada dua teori kehidupan yang baru saja terbukti di kehidupanku. Yang pertama, bahwa Tuhan akan mengabulkan doamu, cepat atau lambat. Yang kedua, bahwa segala sesuatu yang terjadi di kehidupan ini pasti ada hikmahnya.

Sekitar dua bulan lalu, seperti yang kau tahu, aku mengikuti KKN. Tinggal bersebelas orang di sebuah rumah tua yang sudah tak dihuni selama dua tahun lamanya. Aku dengan segala kecuekan yang melekat di dalam diri ini, tidak berpikir apa-apa tentang rumah itu.

Di rumah itu, saat hari pertama bulan puasa, aku mencuci piring sendirian di kamar mandi sampai jam setengah satu malam. Saat aku keluar dari kamar mandi, lampu-lampu sudah dimatikan. Semua orang sudah tertidur lelap. Aku dengan segala kecuekan yang melekat di dalam diri ini, tidak berpikir apa-apa tentang kamar mandi itu.

Suatu hari, aku, mamih dan Intan pernah sakit kaki ‘bareng’. Serius, kami bertiga sama-sama sakit kaki, dengan letak kesakitan yang sama, yaitu lutut. Lutut kami tidak bisa ditekuk. Rasanya sakit sekali, apalagi saat bergerak solat. Aku dengan segala kecuekan yang melekat di dalam diri ini, menganggap sakit kaki itu gara-gara terlalu banyak duduk.

Setiap hari, teman-teman sekamarku membawa handphone ke kamar mandi supaya bisa ber’karaoke’ dengan MP3nya. Aku dengan segala kecuekan yang melekat di dalam diri ini, menganggap mereka memang para penyanyi kamar mandi. Well, kupikir aku banyak teman sekomplotan kalau begitu!

Dan banyak lagi cerita-cerita yang lainnya.

Saat kami kumpul-kumpul lagi setelah KKN usai, barulah terkuak misteri-misteri yang sesungguhnya. Misteri itu adalah, pertama, bahwa rumah itu sudah ‘berpenghuni’ jauh sebelum kami bersebelas menghuninya. Kedua, di kamar mandi itu ada sosok seorang wanita cantik yang menyebarkan wangi melati (tapi aku sama sekali tidak menciumnya) yang membuat teman-temanku sedikit ketakutan saat harus beraktivitas di kamar mandi (jadi mereka karokean supaya ga ‘keueung’ gitu). Dan satu lagi, sakit kaki bareng itu disebabkan kaki kami bertiga ‘diikat’ selembar ‘samping’ gara-gara cara duduk kami yang ‘tidak wanita’.

Sehubungan dengan hal ini, ada tiga jenis manusia di posko kami. Golongan pertama yaitu orang-orang yang bisa melihat dan merasakan keberadaan ‘mereka’. Golongan selanjutnya yaitu orang-orang yang bisa ‘merasakan’ ada sesuatu yang ganjil. Dan golongan terakhir yaitu, orang-orang yang tidak bisa melihat, pun merasakan. Dengan kata lain, orang golongan ini adalah orang yang tidak peka dan tidak sensitif. Dan orang di posko yang termasuk golongan ketiga ini hanyalah... yah kau tahu aku akan menyebut siapa—aku.

Aku memikirkan, kenapa hanya aku saja yang amat sangat tidak peka terhadap keberadaan mereka. Apa karena aku ini penakut? Bukannya papih dan Intan juga penakut? Tapi kenapa mereka bisa merasakan sampai mereka ketakutan? Atau karena mereka lebih penakut dariku? Tidak juga, aku ini takut sekali saat harus mengajar di dekat sebuah keranda.. Aku terus berpikir.. apa mungkin karena sikap cuekku yang menutup mata batinku untuk merasakan hal-hal seperti itu ya? Apa mungkin karena di rumahku tidak pernah dilatih untuk terlalu memusingkan masalah seperti itu? Kedua-duanya mungkin. Lalu, aku berpikir lagi.. jauh sebelum ini, aku adalah seorang penakut. Sehingga, aku selalu berdoa supaya aku di-tidak-bisa-kan untuk melihat mereka. Aku selalu bilang, “Ya Allah, jangan biarkan hamba melihat hal-hal seperti itu. Hamba takut itu akan menjauhkan hamba dari-Mu.” Iya, benar. Aku dulu sering berdoa seperti itu. Dan sekarang aku sadar, Allah Swt. benar-benar mengabulkannya. Ya, lewat sikap cuekku ini, Allah mengabulkannya. Apakah aku ini menyesal karena selalu menjadi orang terakhir yang mengetahui hal tersebut? Sama sekali tidak. Aku justru bahagia, karena Allah mengabulkan doaku J Sangaaaaat senang. Aku pun jadi tahu bahwa sikap cuek nan tidak peka ini ada manfaatnya juga, supaya aku ini tidak jadi penakut. 

Ah, Tuhanku aku sayaaaaaang pada-Mu.


Anyway, kalau kau itu penakut juga, coba doaku itu ya. Wish it would work! J     

No comments:

Post a Comment