Ada dua teori kehidupan yang baru saja terbukti di kehidupanku. Yang
pertama, bahwa Tuhan akan mengabulkan doamu, cepat atau lambat. Yang kedua,
bahwa segala sesuatu yang terjadi di kehidupan ini pasti ada hikmahnya.
Sekitar dua bulan lalu, seperti yang kau tahu, aku mengikuti KKN. Tinggal
bersebelas orang di sebuah rumah tua yang sudah tak dihuni selama dua tahun
lamanya. Aku dengan segala kecuekan yang melekat di dalam diri ini, tidak
berpikir apa-apa tentang rumah itu.
Di rumah itu, saat hari pertama bulan puasa, aku mencuci piring sendirian
di kamar mandi sampai jam setengah satu malam. Saat aku keluar dari kamar
mandi, lampu-lampu sudah dimatikan. Semua orang sudah tertidur lelap. Aku
dengan segala kecuekan yang melekat di dalam diri ini, tidak berpikir apa-apa
tentang kamar mandi itu.
Suatu hari, aku, mamih dan Intan pernah sakit kaki ‘bareng’. Serius, kami
bertiga sama-sama sakit kaki, dengan letak kesakitan yang sama, yaitu lutut.
Lutut kami tidak bisa ditekuk. Rasanya sakit sekali, apalagi saat bergerak
solat. Aku dengan segala kecuekan yang melekat di dalam diri ini, menganggap
sakit kaki itu gara-gara terlalu banyak duduk.
Setiap hari, teman-teman sekamarku membawa handphone ke kamar mandi supaya
bisa ber’karaoke’ dengan MP3nya. Aku dengan segala kecuekan yang melekat di
dalam diri ini, menganggap mereka memang para penyanyi kamar mandi. Well,
kupikir aku banyak teman sekomplotan kalau begitu!
Dan banyak lagi cerita-cerita yang lainnya.
Saat kami kumpul-kumpul lagi setelah KKN usai, barulah terkuak
misteri-misteri yang sesungguhnya. Misteri itu adalah, pertama, bahwa rumah itu
sudah ‘berpenghuni’ jauh sebelum kami bersebelas menghuninya. Kedua, di kamar
mandi itu ada sosok seorang wanita cantik yang menyebarkan wangi melati (tapi
aku sama sekali tidak menciumnya) yang membuat teman-temanku sedikit ketakutan
saat harus beraktivitas di kamar mandi (jadi mereka karokean supaya ga
‘keueung’ gitu). Dan satu lagi, sakit kaki bareng itu disebabkan kaki kami
bertiga ‘diikat’ selembar ‘samping’ gara-gara cara duduk kami yang ‘tidak
wanita’.
Sehubungan dengan hal ini, ada tiga jenis manusia di posko kami. Golongan
pertama yaitu orang-orang yang bisa melihat dan merasakan keberadaan ‘mereka’.
Golongan selanjutnya yaitu orang-orang yang bisa ‘merasakan’ ada sesuatu yang
ganjil. Dan golongan terakhir yaitu, orang-orang yang tidak bisa melihat, pun
merasakan. Dengan kata lain, orang golongan ini adalah orang yang tidak peka
dan tidak sensitif. Dan orang di posko yang termasuk golongan ketiga ini
hanyalah... yah kau tahu aku akan menyebut siapa—aku.
Aku memikirkan, kenapa hanya aku saja yang amat sangat tidak peka terhadap
keberadaan mereka. Apa karena aku ini penakut? Bukannya papih dan Intan juga
penakut? Tapi kenapa mereka bisa merasakan sampai mereka ketakutan? Atau karena
mereka lebih penakut dariku? Tidak juga, aku ini takut sekali saat harus
mengajar di dekat sebuah keranda.. Aku terus berpikir.. apa mungkin karena
sikap cuekku yang menutup mata batinku untuk merasakan hal-hal seperti itu ya?
Apa mungkin karena di rumahku tidak pernah dilatih untuk terlalu memusingkan
masalah seperti itu? Kedua-duanya mungkin. Lalu, aku berpikir lagi.. jauh
sebelum ini, aku adalah seorang penakut. Sehingga, aku selalu berdoa supaya aku
di-tidak-bisa-kan untuk melihat mereka. Aku selalu bilang, “Ya Allah, jangan
biarkan hamba melihat hal-hal seperti itu. Hamba takut itu akan menjauhkan
hamba dari-Mu.” Iya, benar. Aku dulu sering berdoa seperti itu. Dan sekarang aku
sadar, Allah Swt. benar-benar mengabulkannya. Ya, lewat sikap cuekku ini, Allah
mengabulkannya. Apakah aku ini menyesal karena selalu menjadi orang terakhir
yang mengetahui hal tersebut? Sama sekali tidak. Aku justru bahagia, karena
Allah mengabulkan doaku J Sangaaaaat
senang. Aku pun jadi tahu bahwa sikap cuek nan tidak peka ini ada manfaatnya
juga, supaya aku ini tidak jadi penakut.
Ah, Tuhanku aku sayaaaaaang pada-Mu.
Anyway, kalau kau itu penakut juga, coba doaku itu ya. Wish it would work! J
No comments:
Post a Comment