Aku
pikir, aku ini termasuk jajaran orang yang pinter bohong (eh). Termasuk bohong di dalam hal
nyembunyiin perasaan. Perasaan disini dikhususkan ke dalam rasa marah. Tapi,
tadi siang, baru saja teruangkap pengakuan-pengakuan para saksi hidup aku...
Kata Nur kalau
aku lagi ga bisa ngebendung amarah, muka aku bakal kelihatan serem. Selain itu,
aku juga bakal komplen, marah-marah ga jelas siapa targetnya, sepanjang hari
sampai masalahnya beres. Yang memperparah adalah, (katanya) aku keras
kepala, jadi dikasih masukan apapun bakalan susah. Solusi itu harus dateng dari
aku sendiri (katanya lagi).
Kata
Retta, muka aku kalo lagi marah itu (juga) serem. Aku ga bakalan bisa ditanya. Ditanya
kenapa, ga bakalan pernah jawab. Sama kaya Nur, Retta juga bilang kalau aku
bakalan komplen terus-terusan sebelum masalahnya kelar.
Kata
teteh aku, kalau aku lagi marah aku bakalan diem seharian (mungkin lebih). Dan
katanya jangan harap dapet senyum dari aku waktu aku lagi berkobar. (heaaa).
Kalaupun ada orang yang butuh (banget) ngomong sama aku waktu aku lagi marah,
aku bakalan bales dengan tatapan ‘mata sipit segaris’ (dikutip langsung dari
mulut Raelita, 23 tahun).
Ternyata
selama ini, aku emang ga berbakat menyelundupkan rasa bete di balik wajah. Astagfirullaah..
harus banyak istighfar ini mah :\